Atsui~
Hawa panasnya sampai ke dalam tempat dimana dua orang sedang latihan. Salah satunya bertubuh kecil dari pada lawannya. Nampak kesulitan menghadapi lawan yang lebih besar dari padanya. Di karenakan tubuhnya yang kecil. Serangan demi serangan di lancarkan. Mulai dari Men Hingga Tsuki. Namun sepertinya percuma. Serangannya selalu di tangkis dengan cepat oleh lawannya. Satu hal tidak membuat anak itu menyerah, hingga akhirnya terjatu kebelakang karena menghindari serangan. Kalah karena serangan Shomen.
”Menyerahlah kau sudah kalah Tsukasa, my dear." sosok dengan suara jahil itu membuka pelindung kepalanya. Rambut pendek dengan surai kecoklatan yang basah dengan bulir-bulir keringat yang menetes kelantai dojo itu tersenyum jahil. Menatap sosok bertubuh kecil yang lebih pendek darinya penuh kemenangan.
“Shimata!!”teriaknya kesal, melempar pedang bambu miliknya kearah pemuda yang tersenyum jahil padanya, dan reflek menghindar serangan atas pelemperan bambu yang membuat anak bernama Tsukasa ini makin kesal. Dengan lihai jari-jemari kecil halus miliknya membuka ikatanpada pelindung kepalanya. Wajah yang di penuhi keringat, surai-surai coklat kemerahan pendek yang terkadang terlihat berwarna hitam diatas alisnya terlihat basah. Sorot mata kecoklatan menatap kesal. Kembali melempar dengan asal dan mengenai susunan pedang bambu. “Oni-sama nanka.. kirai da!!”
Braakkk!
Dimana pedang bambu yang tersusun rapih itu berantakan. Dengan kesal gadis kecil itu berjalan pergi hendak meninggalkan dojo. Tidak memperdulikan permintaan maaf dari kakaknya, sibuk dengan membereskan benda-benda yang ia buat berantakan dengan insiden pelemparan pelindung kepala dan pedang bambu. Kesal, tentu saja gadis ini kesal jika mengingat betapa iseng dan jahilnya kakak laki-laki yang tidak berbeda jauh darinya. Saking kesalnya ia ingin melempar pedang bambu lebih banyak lagi. Tapi, mengingat dirinya adalah anak perempuan kedua dari keluarga Takafumi yang turun temurun menjadi penjaga, dirinya tidak boleh terpancing amarah. Belajar untuk menjadi anak yang menjaga emosi di dalam keluarganya memang cukup sulit. Tapi lain hal jika diluar.
Panas entah sampai kapan panas akan berkhir. Aura yang menyelimuti, bulir-bulir yang menetes, membuat gadis kecil ini merasa haus terlebih latihan yang membuatnya tadi kesal dengan kelakuan kakak laki-lakinya. Ingin sekali rasanya membasahi tenggorokan dengan cairan dan membuatnya dingin. Bukankah lebih baik cepat-cepat kemmbali kerumah lalu meneguk cairan hingga membuat tenggorokan merasa nyaman.Dan, baru saja beberapa langkah lagi dirinya akan keluar dojo dengan Kendogi masih melekat. Suara aneh terdengar asing ditelinganya.
PPONG!
Entah karena kebetulan apa karena keinginannya yang sedang dalam tahap kehausan tingkat tinggi. Sebuah kotak susu sedang muncul di atas lantai dojo,dihadapannya. Ekspresi yang terpancar darinya hanya terdiam. Berdiri tak bergerak masih memandang kotak susu. Ditambah tiba-tiba saja kotak susu itu berbicara dan membuatnya melangkah mundur. Sikap siaga jika terjadi apa-apa. “Mahkluk apa kau?”
"seperti yang sudah bisa Anda duga sebelumnya dan seperti apa yang tertera pada surat tugas saya bahwa dengan ini saya hendak memberitahu bahwa anak Anda mendapatkan kesempatan untuk bersekolah dan menjadi bagian dari akademi sihir kami; Ryokushoku o Obita,”
Ditambah kotak susu itu berbicara aneh. Manik hazelnya menatap tajam penuh kewaspadaan dimana kotak susu sedang berbentuk aneh dengan asesoris ekor luak menempel di belakang. Setahu dirinya tidak ada yang namanya kotak susu bisa berbicara dan punya ekor. Kewaspadaannya bertambah melihat sebuah kotak susu berukuran sedamh mengelurakan buntelan dan berbicara hal aneh, dan aneh tentang apa-lah itu, Tsukasa tidak mengerti apa maksudnya, Ryokushoku, tiket, formulir, entah apa maksudnya.
PPONG!
“Hei—“ Shimata! belum sempat ia menyelesaikan kata-katanya mahkluk kotak susu berekor itu telah pergi meninggalkan buntalan. Ragu dan cukup ragu akhirnya anak bungsu Takafumi ini mengambil buntelan dan membukanya. Sebuah tegami dengan lamabang seperti sekolah khusus. Belum sempat ia membaca seluruhnya. Tegami yang ia pegang dan buntelan yang datang direbut dari tangannya. “Ah—Oni-sama, kembalikan” ujarnya kesal berusaha mengabil tegami yang direbut paksa.
”Tidak, aku penasaran apa yang kau baca” menghindar. Pemuda ini menghindar dari kejaran Tsukasa, berlari keluar dojo. Dan mau tak mau dirinya harus mengejar pemuda yang beda 2 tahun darinya.
Buk!!
Tsukasa mengusap-usap keningnya yang menabrak sosok bertubuh tinggi dihdapadanya. Kepalanya mengadah, menatap kesal namun ekspresinya berubah melihat wajah kakak laki-lakinya yang nampak terkejut, tangan yang memegang tegami itu mengeras. Mengepal menunjukan ekspresi yang tidak pernah ia lihat sebelumnya. “Oni-sama? Daijoubu?” tangan Tsukasa menyentu ujung lengen baju kakaknya, menariknya. Pensaran kenapa kakaknya berwajah seperti itu.
"Tidak, tidak akan aku ijinkan. Kau pergi meninggalkan rumah ini, aku akan bilang ke yang lain. Tidak akan aku ijinkan."
Tsukasa hanya bisa terdiam melihat ekspresi kakaknya yang tidak pernah ia lihat sebelumnya. Walau ia tahu kakaknya memang sangat overprotektif akan dirinya. Tetapi baru kali ini dirinya melihat seperti itu, sebuah ekspresi seperti dirinya akan di ambil orang saja. Hirosi oni-sama.
(Ooc Translate:
Oni-sama nanka.. kirai da!! : Aku benci kakak
Shimata : Sial
Character Registration (2000)
Label: 2000, Dojo, Hiroshi, Takafumi, Tegami, Tsukasa
"You leave me SPEECHLESS, when you talk to me."
18.18
18.18